Profil Me

Jumat, 18 Oktober 2013

Kehidupan Keluarga Berada dan Solidaritas Punk Rock Jalanan



Sebutlah seorang pemuda berusia 13 tahun ini namanya Gani. Lahir dari keluarga baik-baik. Ia pun juga sekolah, saat ini masih dalam masa pendidikan SMP. Konon ceritanya keluarga yang tadinya kaya-raya mendadak jatuh miskin karena perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang kontraktor gulung tikar (bangkrut).

Di tengah hobinya, ia bergabung dengan klub motor, ikut balap-balapan padahal belum mempunyai SIM. Gani tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk menyalurkan hobinya itu lebih dalam. yaitu memakai barang-barang bermerk di tubuhnya, membeli aksesoris-asesoris untuk motornya, dan sebagainya. Belum lagi ejekan dari teman-teman satu klub yang selalu diterimanya. Sementara di satu sisi, terdapat sebuah klub juga yang menamai diri mereka ‘street guys‘.
Dalam jiwanya yang labil, Gani akhirnya ikut-ikutan. Anak-anak ‘street‘ jiwa kekeluargaannya lebih besar dibanding anak-anak klub yang berasal dari keluarga ‘berada’. Gani mulai merokok, bahkan untuk anak seusianya yang masih tergolong belia, ia sudah mulai mengenal alkohol. Orang tuanya tak henti-henti menasehatinya, tapi doktrin punk terlalu kuat.
Orang tuanya hanya bisa mengurut-urut dada saja ketika Gani membantah sewaktu disuruh membuang sampah di tempat pembuangan sampah yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Hingga suatu waktu sang ayah marah besar ketika Gani membentak beliau hanya karna disuruh pergi ke warung makan. Kemarahan sang ayah membuat Gani sakit hati karena dia belum pernah melihat sang ayah semarah itu kepadanya.
Gani pergi dari rumah tanpa membawa baju ganti satupun. Ia pergi bersama kumpulan barunya yaitu ‘street guys‘ atau lebih kita kenal dengan nama anak punk yang sesungguhnya keberadaan mereka sangat meresahkan masyarakat sekitar dan selalu membuat para polisi jengkel. Di sinilah petualangan Gani dimulai.
Bersama kumpulan barunya ia ikut mengamen di lampu merah, jika lapar dan tidak cukup uang ia mentegakan dirinya mengorek-ngorek tempat sampah demi mengobati perutnya yang sangat kelaparan. Sementara ayah dan ibunya menangis berhari-hari di rumah, berharap Gani, anak laki-laki satu-satunya mereka segera pulang ke rumah.
Gani memiliki seorang kakak perempuan yang kemudian diasuh oleh tantenya setelah mereka jatuh miskin. Akhirnya suatu saat ibunya mendapati anak lelakinya itu sedang mengorek sebuah tong sampah. Kulitnya bertambah hitam, tubuh jangkungnya terlihat semakin kurus, rambutnya yang hitam legam bagus berubah menjadi model mohak yang tak beraturan dan berwarna merah yang entah mungkin dari cat rambut murahan.
Ibunya menangis melihat anaknya itu dan memintanya pulang ke rumah. Tapi Gani tetap membantah sampai akhirnya temannya membujuknya untuk pulang. Dan pulanglah ia. Ayahnya mulai mengalah padanya. Motor satu-satunya yang tersisa di rumah itu khusus untuk Gani pakai. Gani mulai mau sekolah lagi.
Namun di akhir pekan, muncullah keinginan Gani untuk pergi ke luar kota. Tidak ada yang bisa menghalangi langkahnya untuk pergi ke Samarinda. Dan ternyata Gani pergi bersama anak-anak punk. Namun ayah dan ibunya tak begitu khawatir karena di Samarinda banyak tante-tante dan sepupunya.
Sampai akhirnya ia berkenalan dengan seorang gadis kelas 3 SMP (sebut saja di SMPN 5 Samarinda bernama Mia). Kebetulan Mia adalah teman satu sekolah sepupunya. Gani pulang ke Jakarta dengan hati berbunga-bunga. Bertambah rajinlah ia berkunjung ke Samarinda karena gadis bernama Mia ini. Orang tuanya sungguh khawatir sesuatu terjadi padanya sepanjang perjalanan lintas kota itu.
Akhirnya kelulusan pun tiba. Gani masuk STM di salah satu Swasta Jakarta, jurusan elektro. Belum selesai cobaan yang harus Gani dan keluarganya terima. Berawal dari kecurigaan kedua orang tuanya kalau si anak buta warna karena Gani sangat susah membedakan antara warna Biru dan hijau, ditambah lagi dengan sang ayah adalah seorang yang buta warna.
Akhirnya keluarga membawanya ke puskesmas, namun kata puskesmas hanyalah kurang latihan. Oleh karena itu kedua orang tuanya tetap nekad memasukkan ke STM yang terdekat dari rumahnya. Namun karena sudah dilatih berulang-ulang si Gani belum juga bisa menghafal warna-warna tersebut, dengan bantuan sang tante, Gani kembali untuk melakukan pemeriksaan dan dibawa ke dokter spesialis mata. Gani dinyatakan buta warna parsial. Sang ibu membawa surat pernyataan dari dokter itu ke pihak sekolahnya agar anaknya dipindahkan jurusan ke jurusan otomotif saja.
Ternyata pihak sekolah malah beranggapan bahwa anak buta warna sama sekali tidak bisa masuk di STM di jurusan apapun, jadi lebih baik pindah ke sekolah umum saja. Padahal STM tersebut sebelumnya tidak melakukan test buta warna terhadap calon-calon siswanya maupun meminta surat pernyataan tidak buta warna terlebih dahulu dari para calon siswanya, seperti yang dilakukan oleh STM negeri. Di sekolah teman-teman memperlakukannya seperti orang yang dikucilkan, sikap sang guru juga kurang baik kepadanya (karena Gani memang bukan siswa teladan di sekolahnya).
Akhirnya Gani membuat keputusan untuk berhenti sekolah. Ia hanya mempunyai ijazah SMP dan tambah menjadi-jadi kehidupan malam dijalaninya di usianya yang baru 16 tahun itu. Suatu hari yang paling membuat orang tuanya shock adalah Gani yang baru pulang dari Samarinda, membawa Mia pacarnya ke rumah. Saat itu memang sang kakak sedang menginap juga di rumahnya.
“Kenapa kamu bawa gadis ini ke rumah Gani? Rumah dia di Samarinda lalu rumah kita di Jakarta?”, ujar sang ibu kepada Gani.
“Bu, Mia hanya akan menginap semalam saja. Mau jalan-jalan dulu di Jakarta, tidurnya bareng kak Rahma saja bu” (kakaknya Gani). Jawab Gani.
“Apakah kamu sudah ijin kepada orang tua mu, Nak Mia?” Tanya sang ibu kepada Mia.
Mia bilang, “sudah bu”.
Walau masih sedikit curiga karena Mia masih menggunakan seragam pramuka, namun orang tua Gani cukup lega karena menurutnya Mia sudah meminta ijin sebelum ke Jakarta bersama Gani.
Sampai kemudian terjadi kehebohan besar. Tantenya Gani menelpon ke rumah menanyai Gani tentang keberadaan Mia, karena orang tua Mia membuat ribut di rumah tantenya tersebut. Ketika mengetahui Gani membawa Mia ke Jakarta, tantenya langsung menyuruh mamahnya Mia berbicara sendiri kepada ibunya Gani.
Ibu meminta mamahnya Mia untuk tidak terlalu khawatir, namun mamahnya Mia tetap bersikukuh meminta alamat Gani di Jakarta. Di tengah tidur pulasnya Mia, jam 4 subuh, orang tuanya menjemput menggunakan taxi argo. Mereka tampak sangat khawatir karena Mia, karena Mia anak semata-wayang mereka. Akhirnya Mia dilarang orangtuanya menemui Gani lagi.
Hingga akhirnya, suatu ketika Gani datang lagi ke Samarinda namun sudah tidak disambut baik oleh keluarganya Mia. Orang tua Mia tidak suka Gani bergaul dengan Mia, karena Gani hanyalah seorang yang lulusan SMP, dan seorang punker. Mia berasal dari keluarga kaya. Sejak saat itu Gani patah hati berat dengan Mia.
Gani mencoba untuk bunuh diri, namun teman-teman satu kumpulannya mencegahnya. Kehidupan Gani tambah lekat pada kehidupan punk. Waktunya habis untuk mengamen dan berkumpul bersama anak-anak punk di jalanan. Puskib adalah tempat berkumpulnya mereka. Lampu merah adalah tempat mereka mengamen. Lagu andalan anak-anak punk berjudul “Punk Rock Jalanan”. Lagu itu selalu Gani nyanyikan saat mengamen, karena dia merasa bahwa lagu itu sangat sesuai untuknya, dia memang seorang “Punk Rock Jalanan”.
Sewaktu orang tuanya memohonnya melepaskan diri dari punk, Gani berkata,
“Bu, mereka juga keluargaku. Sewaktu motorku kehabisan bensin di kilometer 20-an, di tengah hijau kota sana, dan aku tidak memegang uang sepeserpun, aku menghubungi seorangpun temanku tak ada yang bisa datang menolongku, tapi ketika aku menelpon Dedy, salah seorang teman punk, semua anak punk Jakarta datang menghampiriku, jalan kaki mereka dari kota demi aku, menemaniku mendorong motor sampai aku bisa mengisi bensin motorku. Aku menangis dalam hati saat itu. Karena sebenarnya saat itu aku sudah ingin lepas dari mereka. Saat Mia meninggalkanku, tapi punk tidak pernah meninggalkanku.”
Orang tuanya terharu dan tidak sanggup berkata apapun lagi. Punk memang meresahkan masyarakat, mungkin karena mereka terkesan urakan, tapi sikap kekeluargaan mereka terhadap sesamanya patut diacungi jempol. Begitulah kisah Gani, Punk Rock Jalanan.

Jumat, 04 Oktober 2013

ALAM "CAHAYA BINTANG"

Menutup mataku, aku bermimpi untuk terbang
Menyentuh yang tak terhingga
Melayang ragaku terasa terbang
Menggapai mimpi tenang
Menggapai sebuah bintang . Bertaburan cahaya . Gemerlap dan berkilauan

Kala malam itu gelap,
Kala langit itu pekat,
Kala sepi itu ada
Engkau meluruskan suatu kebahagiaan
Engkau terlihat sangat indah di setiap malam yang sepi
Engkau selalu nampak bercahaya di setiap langit yang gelap

Cahaya Bintang
Sungguh cantik malam jika dihiasi olehmu
Bersinar terang, cantiknya alam langit ini kala kau menampakkan diri
Meliputi langit malam yang luas
Dengan ribuan cahaya sinar semangatmu

Menghiasi alam semesta
Melengkapi sang bulan
Menciptakan keindahan
Menggambarkan suasana jiwa

Inginku menatap tinggi tinggi
Anugerah sang Illahi
Ditemani cahaya bintang
Yang gemerlap indah

Hapuskan semua rasa sedih
Hingga bangunkan tidurku

Sungguh indahnya malam dengan bintang
Temani tidur hingga saatku terbangun
Dengan jutaan keceriaan dan kebahagiaan
Menyambut esoknya pagi hari

Kaulah motivasi agar setiap insan selalu bersinar
Keindahan alam yang mengerti akan insan insan setiap manusia
Itulah dirimu,
Ciptaan Sang Robbi, Cahaya Bintang :)